Selama 25 tahun, Uu Nasrullah (61)
berkeliling pulau sebagai tukang kredit. Kini ia dikenal sebagai ahli
sutra dan dijadikan guru oleh para petani di berbagai provinsi dan
mahasiswa. Rumah biliknya sering dikunjungi ahli sutra dari berbagai
negara.
Ini dari petani di Bengkulu. Mereka ingin
mengabari saya bahwa mereka sudah bisa membuat benang sutra, kata Uu
sambil mengeluarkan benang sutra dari sebuah amplop coklat. Uu sering
diundang ke beberapa provinsi untuk melatih petani ulat sutra.
Ahli sutra seperti dari China, Pakistan,
Sri Lanka, Laos, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina,
Jepang, Australia, Amerika Serikat, Belanda, dan Kanada juga masih terus
mendatanginya.
Kalau datang, mereka selalu menggelengkan
kepala. Takjub pada kualitas sutra Indonesia yang mereka sebut sebagai
sutra terbaik karena mengkilau, benangnya rata, dan panjangnya bisa
mencapai 1.500 meter. Padahal sutra di negara lain panjangnya hanya
mencapai 800 meter, tutur Uu.
Uu sudah mulai bekerja sejak usia 14
tahun. Saat itu ayahnya meninggal sehingga ia harus membantu ibu dan
adik-adiknya. Seperti kebanyakan lelaki dari Desa Cipondok, Kecamatan
Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Uu pun pergi merantau, bekerja sebagai
tukang kredit.
Ia mengkreditkan barang apa saja. Tidak
hanya di kota-kota di Jawa Barat, tetapi juga sampai Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera, dan Kalimantan. Setelah menikah, istri
dan anaknya tinggal di kampung. Uu hanya pulang saat Lebaran. Di
perantauan, Uu sering gelisah, teringat nasib keluarga.
Dulu untuk menelepon sulit. Surat sering
terlambat sampai sebulan, tutur Uu. Tak heran, baru saja ia menerima
surat bahwa anaknya sakit, tiba-tiba datang kabar anaknya sudah
meninggal. Sebetulnya anak saya tujuh. Tapi anak kedua hingga kelima
meninggal karena sakit pada usia satu atau tiga tahun. Keluarga di
kampung tidak bisa membawanya berobat karena tidak punya uang, ujar
suami Muntikah (52) ini.
- Pulang kampung
Tahun 1982, Uu pulang kampung dan
tersadarkan bahwa begitu luas lahan tidur di kampungnya. Uu bertekad
berhenti menjadi tukang kredit, dan bertani. Pertama dia menanam apa
saja sebelum beralih ke murbei, yang menjadi makanan ulat sutra.
Ia mulai dengan menanam murbei pada lahan
seluas tiga hektar. Usahanya ternyata maju. Kepompong ulat sutranya
diterima oleh sebuah perusahaan benang sutra besar di Jawa Barat.
Karena permintaan meningkat, Uu melatih
petani lain yang hanya menanami lahannya dengan singkong untuk beralih
pada murbei. Begitulah, dia berhasil mengaktifkan 1.022 hektar lahan
tidur di Kabupaten Tasikmalaya. Ada ratusan petani dari hampir seluruh
kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya yang terlibat dalam pertanian ini.
Tahun 1985 dia mendirikan Koperasi
Sabilulungan III. Mereka memiliki alat pemintalan dan penenunan yang
didapat dari bantuan pemerintah. Sayangnya, pemintalan dan penenunan
kurang berjalan efisien karena koperasi tidak memiliki uang untuk
membeli kepompong dari petani. Itulah sebabnya dia giat membuat proposal
untuk menarik investor serta meminta pertolongan dari dinas-dinas di
pemerintahan.
Meskipun sudah tua, saya harus terus
bekerja. Saya belum tenang kalau petani belum sejahtera. Saya juga
sangat menyayangkan jika mereka yang sudah kembali ke kampung terpaksa
urbanisasi lagi. Sementara puluhan ribu lahan tidur masih belum tergarap
di kabupaten Tasikmalaya, ujar Uu yang menyayangkan betapa sulit
mendapatkan modal kerja di negeri ini.
Kini karena kekurangan modal, koperasi
yang dikelolanya hanya mampu membuat 500 meter kain sutra per bulan.
Padahal, kapasitas produksi di pabrik sutranya mencapai 10.000 meter per
bulan.
Kain sutra itu ia jual ke beberapa
desainer di Jakarta, Bandung, dan Cirebon. Mereka pesan sampai ratusan
hingga ribuan meter. Tapi kami baru sanggup memberinya 50-100 meter saja
per orang, ujar Uu sambil terkekeh, menertawakan nasib yang masih
kurang menguntungkannya.
Tawa Uu makin keras saat menceritakan
tawaran ekspor dari Singapura yang meminta 25.000 meter dan Australia
yang meminta satu kontainer. Permintaan banyak sekali. Apa daya, tangan
saya tak sampai, ujar Uu sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi.
Karena keahliannya di bidang sutra, kakek
yang hanya lulusan kelas III sekolah rakyat ini pernah juga ditawari
untuk mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah universitas di
Amerika.
Uu menolak mentah-mentah. Ah, buat apa?
Bikin malu saja. Ngomong Inggris saja saya enggak bisa, ujar Uu sambil
berdiri di muka rumahnya yang berdinding bilik.
Sumber : Kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.